Info Global ID Blog BeritaEkonomiBisnis Sebelum Ubah Denah Subsidi, Pemerintah Diminta Tambah Armada Krl Dahulu
BeritaEkonomiBisnis

Sebelum Ubah Denah Subsidi, Pemerintah Diminta Tambah Armada Krl Dahulu

Tarif KRL commuter line bakal naik menjadi Rp 5.000 masih dalam kajian. Usulan tersebut masih didiskusikan sebelum disampaikan ke Menhub.
Foto: Andhika Prasetia/

Jakarta

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan ada kajian peningkatan tarif KRL Jabodetabek sebesar Rp 1.000. Meski begitu ihwal ini masih dalam proses kajian sehingga belum ada keputusan bagi penerapannya.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (DJKA Kemenhub), Risal Wasal, menyampaikan, sejauh ini terdapat dua elemen dalam pengenaan tarif KRL Jabodetabek yakni tarif dasar bagi 25 kilometer (km) pertama dan tarif lanjutan progresif setiap 10 km. Risal tak menerangkan elemen tarif mana yang hendak dinaikkan.

“Ada, kajian itu ada sebenarnya. Kan waktu itu kalian mau mengoptimalkan sebanyak Rp 1.000 perak per itunya. Rp 1.000-2.000 itu posisinya, namun itu belum, untuk penerapannya belum. Kajian itu ada, cuma cuma naik Rp 1.000,” sebut Risal dijumpai di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu dahulu.

Selain itu Rizal mengaku dikala ini Kementerian masih menanti kebijakan dari pemerintahan baru. Dia menanti isyarat dari pemerintah selanjutnya yg dipimpin Prabowo Subianto akan Oktober.

Terkait planning ini, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno intinya oke dengan adanya peningkatan tarif KRL. Namun menurutnya waktu pembahasan planning ini tidaklah tepat.

Sebab menurutnya dikala ini layanan KRL Jabodetabek masih belum maksimal. Mengingat banyak kereta atau rangkaian yang mesti diremajakan sehingga jumlah kereta per rangkaian tak maksimal.

Padahal penghematan jumlah kereta per rangkaian ini sanggup meminimalkan penumpang yg sanggup dimuat dan memunculkan ketidaknyamanan sebab penduduk mesti saling berdesak-desakan.

“Memang warta ini meningkat di dikala yang tak tepat, sebab keadaan KRL dikala ini tuh tidak cocok dengan SPM (Baku Pelayanan Minimal). Katakanlah bila pagi harusnya itu 12 kereta satu rangkaian, ternyata delapan atau sepuluh ya,” kata Djoko terhadap , Jumat (13/9/2024).

Menurutnya, alangkah baiknya bila planning ini dibahas sehabis rangkaian gres dari China dan INKA datang dan beroperasi. Dengan begitu PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter sanggup menyanggupi SPM yang ada dan meminimalkan ketidaknyamanan pengguna layanan.

“Makanya nanti saja sehabis kondisi kereta wajar seumpama biasanya, jadi menanti kereta yg ada lalu hadir. Sampai tamat tahun gres didiskusikan (rencana peningkatan KRL),” ucapnya.

Baca juga: Bukan Rp 3.000, Ternyata Segini Tarif Asli Naik KRL Jika Tak Disubsidi

“Kalau kini diskusi ya mereka sensitif. Bingung dia, secara golongan ia mau pindah ke kendaraan eksklusif nggak ada duit, ini kok naik (tarif KRL) sementara aku panas-panasan (karena saling berdesakan)”, tambah Djoko.

Senada dengan Djoko, Pengamat Transportasi Deddy Herlambang juga oke dengan planning peningkatan tarif KRL ini. Sebab menurutnya sudah 8 tahun sejak pemerintah mengoptimalkan besaran tarif itu.

Padahal setiap tahun ada peningkatan honor pegawai dan ongkos operasional lainnya. Tentu bila tidak ada adaptasi tarif akan sungguh berat beban perusahaan atau pemerintah yang menyediakan subsidi berupa PSO.

“Tarif itu kan sejak 2016 kalian memang nggak pernah naik. Sejak 2016, kini 2024, berartikan telah 8 tahun belum pernah naik. Kalau menyaksikan keadaan nasional, naik ya nggak persoalan, Karena setahun honor karyawan itu naik, terlebih inflasi,” ucapnya.

“Nah honor KCI dan KAI saja itu setiap tahun kan naik, namun tarif nggak pernah naik. Nah itu kan perlu adjustment, itu masuk akal. Cuma besaran peningkatan biayanya itu berapa? Nah ini yg perlu dirembuk, mesti dipertimbangkan, perlu dikaji, naiknya berapa sih yg masuk akal, yg kongkret dengan kondisi dikala ini,” terang Deddy lagi.

Namun, ia juga beropini semestinya peningkatan tarif ini dijalankan sehabis adanya peningkatan layanan. Semisal penambahan rangkaian kereta hingga pembenahan stasiun-stasiun yang ada. Dengan begitu peningkatan tarif ini setimpal dengan layanan yang diberikan.

“Kalau kini ya jangan dinaikkan dahulu, sebab masih banyak stasiun yg belum jadi. Manggarai belum jadi, Tanah Abang juga masih overload. Lagi pula jumlah fasilitas masih terbatas, pelayanannya juga belum maksimal. Kaprikornus jangan dinaikkan lalu,” kata Deddy.

“Nanti saja bila semisal fasilitas KRL yang baru-baru itu datang, dari INKA, dari China itu sudah tiba. Nah itu boleh bila ada adaptasi tarif,” pungkasnya.

krl jabodetabekkenaikan tarifkementerian perhubungan

Exit mobile version